
Kajian Islam – Macam-macam Cinta
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan tentang macam-macam cinta dalam sebuah majelis ilmu.
Yang paling utama dan paling tinggi adalah cinta kepada Allah Subhaanahu wata’ala, (dengan niat) karena Allah dan untuk Allah. cinta ini mengharuskan cinta kepada sesuatu yang dicintai Allah Subhaanahu wata’ala dan mengharuskan cinta kepada Allah dan rasulNya.
Di dalam shahih Al Bukhari dan Muslim dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
‘Ada tiga perkara, barangsiapa terdapat dalam dirinya ketiga perkara itu, dia pasti merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain, mencintai seseorang tiada lain hanya karena Allah, dan tidak mau kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah darinya, sebagaimana dia tidak mau kalau dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Syaikhul Islam rahimahullah menyebutkan, bahwa sebab-sebab yang dapat mendatangkan kecintaan-Nya ada sepuluh macam:
Pertama: Membaca Al-Qur’an dengan menghayati dan memahami arti dan apa yang dimaksudkannya.
Kedua: Mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan melakukan sunah setelah melakukan fardhu.
Ketiga: Selalu berdzikir pada setiap keadaan, dengan lisan, hati, perbuatan dan perilaku. Maka, kecintaan Allah kepadanya sebesar kecintaannya kepada Allah.
Keempat: Mendahulukan apa yang dicintai Allah atas apa yang disenangi dirinya sendiri pada saat hawa nafsu menguasai.
Kelima: Membiasakan hati untuk selalu memahami dan menghayati nama-nama dan sifat-sifatNya, juga selalu menghadirkan diri dalam masalah ma’rifat (pengetahuan) ini.
Keenam: Selalu mengakui dan bersyukur atas kebaikan dan nikmat-nikmatNya, baik yang zhahir maupun yang batin.
Ketujuh: Inilah yang paling mengagumkan, yaitu berendah hati di hadapan-Nya.
Kedelapan: Berkhalwat (hubungan batin dengan Allah) pada waktu turunnya Tuhan dan membaca kitab-Nya, kemudian menutupnya dengan beristigfhar dan bertaubat.
Kesembilan: Berkumpul bersama orang-orang yang cinta Allah dengan kejujuran dan selalu mengambil hikmah dari perkataan mereka. Tidak berbicara kecuali dengan perkataan yang membawa maslahat dan yang diyakininya dapat membawa peningkatan dirinya dan dapat mendatangkan manfaat bagi orang lain.
Kesepuluh: Menjauhi segala sebab yang dapat menghalangi antara hati dan Allah Azza wa Jalla.
Seorang hamba meninggalkan jiwanya, bersambung dengan dzikir kepada Rabb, mendirikan hak-hakNya. Dia melihat kepadaNya dengan hatinya. Hatinya membakar cahaya haibah. Minumannya bersih dari cawan cintanya. Maka Dzat Yang Maha perkasa membuat tabir keghaiban untuknya.
Jika dia berbicara, maka dia berbicara dengan Allah. Jika dia berkata, maka dia berkata tentang Allah. Jika dia bergerak, maka bergerak dengan perintah Allah. Jika diam, maka diam bersama Allah. Maka dia selalu denagn Allah, untuk Allah, dan bersama Allah.
Jenis cinta yang lainnya adalah cinta karena keserasian dan kesesuaian dalam satu tariqat, agama, mazhab, aliran, kerabat, produksi atau tujuan bersama.
Di antara jenisnya adalah cinta untuk mencapai tujuan dari yang dicintai, baik dari sisi wibawa, atau harta, atau pengajaran atau nasihatnya, atau menunaikan hasrat kepadanya. Cinta yang bertendensi ini akan hilang bersama hilangnya faktor tendensi yang menuntutnya. Karena sesungguhnya orang yang mencintai seseorang karena (tendensi) sesuatu, maka dia akan berpaling darinya setelah tendensi sesuatu hilang dari orang tersebut.
Sedangkan cinta karena kecocokan dan kesamaan antara orang yang mencintai dengan orang yang dicintai, maka ia adalah cinta yang lazim, dan tidak akan hilang kecuali karena ada sesuatu yang menghilangkannya. Cinta isyq (cinta buta) adalah termasuk dalam jenis ini. Sesungguhnya ia adalah keindahan yang dipancarkan oleh ruh, pencampuran jiwa. Waswas, kekhawatiran-kekhawatiran, kesibukan hati, dan kehancuran dari jenis cinta adalah tidak muncul sebagaimana ia muncul dalam al-isyq.”
Bila penyebab dari cinta isyq (cinta buta) itu adalah apa yang anda jelaskan berupa terjalinnya hubungan, dan kecocokan jiwa, lantas kenapa cinta ini tidak selamanya muncul dari dua pihak, bahkan kebanyakan hanya dari salah satu pihak saja. Bila penyebab dari cinta isyq (cinta buta) itu adalah terjalinnya hubungan, dan kecocokan jiwa, maka seharusnya ia timbul dari kedua belah pihak?
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan tentang cinta isyq (cinta buta) bahwa sesungguhnya penyebab bertepuk sebelah tangan dalam cinta isyq (cinta buta) ini adalah karena tidak terpenuhinya syarat, atau adanya penghalang. Dan perkara tidak adanya respon cinta dari pihak yang lain pasti adalah karena salah satu sebab berikut,
- Terdapat dalam cinta itu sendiri. Ia pasti hanya karena cinta yang kebetulan bukan cinta yang sejati. Dalam cinta kebetulan (cinta monyet pent.) seperti ini tidak harus ada timbal balik utuh antara dua pihak, bahkan hal itu bisa jadi membuat lari orang yang dicintai.
- Penghalang yang menghalangi pecinta untuk mencintai orang yang dikasihinya, baik berupa penciptaan, akhlak, petunjuk, tingkah laku, bentuk tubuhnya, atau lainnya.
- Penghalang yang ada dalam diri orang yang dicintai, yang merintanginya untuk merespon baik cinta dari orang yang mencintainya. Seandainya hal itu tidak ada dalam dirinya, maka dia pasti menyambut cinta dari pihak yang mencintainya.
Jika penghalang-penghalang tersebut hilang, dan cintanya adalah sejati, maka hal itu tidak mungkin akan ada melainkan dari dua pihak. Seandainya tidak ada penghalang berupa takkabur, hasad, cinta kepemimpinan dan permusuhan terhadap orang-orang kafir, maka pasti semua rasul itu akan mereka cintai melebihi cinta mereka terhadap diri mereka sendiri, keluarga dan harta bendanya. Dan setelah penghalang ini hilang dari pengikut para rasul, maka para rasul pun menjadi orang-orang yang paling dicintai oleh para pengikutnya melebihi cinta mereka kepada diri sendiri, keluarga dan harta bendanya.”
Kami bertanya, “Cinta isyq (cinta buta), makna dan penyebabnya telah jelas bagi kami berdasarkan penjelasan imam tentang itu. Namun penjelasan anda seolah-olah mengisyaratkan bahwa cinta isyq (cinta buta) ini tidak ada obatnya?”
- OBAT HATI, Antara Terapi Ibnul Qayyim & Ilusi Kaum Sufi, Ibnu Qayyim al-Jauziyah
- FATHUL MAJID, Penjelasan Kitab Tauhid, Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh
subhanllah ulasan yang baik untuk pengingat: mencintai dengan cinta yang sesungguhnya, membatasi kasih sayang terhadap manusia. Terima kasih ulasannya
Barakallahu fikum