
Kajian – Orang-orang yang Masuk Surga Tanpa Hisab
Sayyidatina Asma’ Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku mendengar Baginda Rasullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Pada hari kiamat, semua orang akan dikumpulkan di suatu tempat. Suara yang diumumkan oleh malaikat pasti akan terdengar oleh semua orang. Malaikat mengumumkan, ‘Dimanakah orang yang selalu mengingat dan memuji Allah Subhaanahu wata’ala dalam keadaan senang atau susah?’ Mendengar pengumuman itu, sekelompok manusia berdiri dan masuk surga tanpa hisab. Lalu malaikat akan mengumumkan lagi, ‘Dimanakah orang yang sibuk beribadah pada malam hari dan menjauhkan diri dari tempat tidurnya?’ sekelompok manusia bangun dan masuk surga tanpa hisab. Kemudian malaikat mengumumkan lagi, ‘Dimanakah orang yang perdagangan dan jual belinya tidak melalaikan dari mengingat Allah Subhaanahu wata’ala?’ Kemudian sekelompok manusia bangun dan masuk surga tanpa hisab. Kisah ini juga diriwayatkan dalam hadits lain dengan tambahan, bahwa akan diumumkan, ‘Penduduk Mahsyar akan melihat siapakah orang yang mulia?’ Kemudian diumumkan lagi, ‘Mereka adalah orang yang kesibukkan perdagangannya tidak menghalangi dia dari mengingat Allah Subhaanahu wata’ala dan dari mendirikan shalat” (dari Kitab Durrul Mantsur)
Syaikh Nashr Samarqandi Rahmatullah ‘alaih juga menulis hadits ini dalam kitab Tanbiihul Ghaafilin. Ia menambahkan bahwa setelah orang-orang itu masuk surga tanpa hisab, muncullah dari Jahannam seekora binatang yang lehernya panjang, matanya berkilat, fasih berbicara, lalu binatang itu melompat ke arah manusia sambil berkata, “Aku diperintah untuk mengambil orang-orang yang sombong dan buruk akhlaknya!” Kemudian binatang itu mematuk sekelompok manusia seperti seekor binatang mematuk biji-bijian, lalu melempar mereka ke neraka. Selanjutnya ia keluar lagi dan berkata, “Kini aku diutus kepada setiap orang yang membuat Allah Subhaanahu wata’ala dan Rasul-Nya murka!” Lalu, orang-orang yang dicari itu dipatuknya lalu dilempar ke Jahannam. Kemudian ia muncul lagi dan mematuk orang-orang yang suka menggambar dan melukis (makhluk hidup). Lalu, orang-orang yang dicari itu dipatuknya lalu dilempar ke Jahannam. Setelah ketiga golongan itu masuk neraka, barulah hisab dimulai.
Diceritakan pada zaman dahulu, setan dapat dilihat oleh mata manusia. Seseorang berkata kepada setan, “Beritahukan kepadaku, bagaimanakah caranya agar aku dapat menjadi seperti dirimu?” Setan berkata, “Sampai hari ini, tidak ada seorang pun yang bertanya seperti itu padaku. Apa maksudmu?” Orang itu menjawab, “Hatiku menginginkannya.” Setan berkata, “Caranya, bermalas-malaslah dalam shalat dan bersumpahlah sekehendakmu, baik benar maupun dusta.” Orang itu menyahut, “Demi Allah! Aku berjanji tidak akan bermalas-malasan dalam shalat dan tidak akan bersumpah.” Sahut setan, “Sungguh aku belum pernah berbicara dengan orang secerdik kamu. Aku berjanji, sekali-kali aku tidak akan lagi menasihati seorang manusia pun.”
Sayyidina Ubay Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Berilah kabar gembira kepada umat ini, serta kemenangan agama. Namun, mereka yang menggunakan agamanya demi tujuan dunia tidak akan mendapatkan apa-apa di akhirat.'” (dari Kitab At-Targhib wat-Tahrib)
Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku pernah melihat Dzat Allah Yang Maha Indah. Allah Subhaanahu wata’ala berfirman kepadaku, “Wahai Muhammad, apa yang diperbincangkan oleh para malaikat?’ Aku menjawab, ‘Aku tidak tahu, Ya Allah.’ Lalu, Allah Subhaanahu wata’ala menurunkan keberkahan-Nya di dadaku, sehingga dadaku terasa sejuk, dan dengan keberkahan-Nya itu Allah Subhaanahu wata’ala memperlihatkan seluruh alam ini di depan mataku, kemudian Dia berfirman, menjawab, ‘Mereka berbincang-bincang tentang hal-hal yang meninggikan derajat, hal-hal yang menghilangkan dosa, pahala bagi setiap langkah kaki yang menuju masjid untuk shalat berjamaah, pahala berwudhu dengan sempurna pada musim dingin, dan pahala menunggu di antara dua waktu shalat. Barangsiapa benar-benar memperhatikan hal itu, mereka akan hidup dalam keadaan terbaik dan akan mati dalam keadaan terbaik.'”
[Kitab Fadhilah Amal, Fadhilah Al Qur’an, Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rah.a– Hal 274]
Leave a Reply