
Kajian Islam – Penyakit jasmani dan penyakit hati
Kedua penyakit ini disebutkan dalam al-Qur’an. Penyakit hati ada dua: pertama, Penyakit syuhbat dan keraguan (syak). Kedua, penyakit syahwat dan kesesatan. Kedua penyakit ini juga disebutkan dalam al-Qur’an. Allah Subhaanahu wata’ala berfirman tentang penyakit syuhbat:
فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ۬ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضً۬اۖ
“Di dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah penyakitnya oleh Allah.” (Al- Baqarah: 10)
Dan Allah Subhaanahu wata’ala berfirman tentang orang-orang yang diajak berhukum kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, namun menolak dan enggan,
وَإِذَا دُعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَہُمۡ إِذَا فَرِيقٌ۬ مِّنۡہُم مُّعۡرِضُونَ (٤٨) وَإِن يَكُن لَّهُمُ ٱلۡحَقُّ يَأۡتُوٓاْ إِلَيۡهِ مُذۡعِنِينَ (٤٩) أَفِى قُلُوبِہِم مَّرَضٌ أَمِ ٱرۡتَابُوٓاْ أَمۡ يَخَافُونَ أَن يَحِيفَ ٱللَّهُ عَلَيۡہِمۡ وَرَسُولُهُ ۥۚ بَلۡ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلظَّـٰلِمُونَ (٥٠)
“Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasulNya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang. Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada rasul dengan patuh. Apakah (ketidakdatangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasulNya berlaku zhalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (An-Nur: 48-50)
Ini adalah penyakit syuhbat dan ragu-ragu.
Sedangkan tentang penyakit syahwat, Allah Subhaanahu wata’ala berfirman,
يَـٰنِسَآءَ ٱلنَّبِىِّ لَسۡتُنَّ ڪَأَحَدٍ۬ مِّنَ ٱلنِّسَآءِۚ إِنِ ٱتَّقَيۡتُنَّ فَلَا تَخۡضَعۡنَ بِٱلۡقَوۡلِ فَيَطۡمَعَ ٱلَّذِى فِى قَلۡبِهِۦ مَرَضٌ۬ وَقُلۡنَ قَوۡلاً۬ مَّعۡرُوفً۬ا (٣٢)
“Hai istri-istri Nabi, Kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yan baik.” (Al-Ahzab: 32).
Ini adalah penyakit syahwat zina. Wallahu A’lam.
Sedangkan tentang penyakit jasmani, Allah Subhaanahu wata’la berfirman,
لَّيۡسَ عَلَى ٱلۡأَعۡمَىٰ حَرَجٌ۬ وَلَا عَلَى ٱلۡأَعۡرَجِ حَرَجٌ۬
“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit.” (An-Nur: 61)
Allah Subhaanahu wata’ala menyebutkan tentang penyakit jasmani dalam haji, puasa dan wudhu adalah untuk rahasia yang sangat menakjubkan. Dia juga menjelaskan kepadamu tentang keagungan al-Qur’an. Dan cukuplah al-Qur’an menjadi tuntunan bagi orang yang memahaminya dan menggunakan akalnya.
Dari penjelasan kedua penyakit di atas maka diperlukan adanya terapi jasmani dan terapi hati.
Terapi Penyakit Jasmani
Kaidah menjaga diri dari penyakit jasmani terdiri dari tiga perkara:
- Menjaga kesehatan
- Menhindari dan menghilangkan materi-materi yang merusak.
- Menjaga diri dari segala materi yang menyakitkan
Kaidah awal terhimpun dalam surat Al- Baqarah ayat 184 di mana Allah subhaanahu wata’ala membolehkan bagi orang sakit dan musafir untuk berbuka (ifthar) puasa untu menjaga kesehatan mereka.
فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ۬ فَعِدَّةٌ۬ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۚ
“Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (Al-Baqarah: 184).
Jadi Allah Subhaanahu wata’ala memberikan keringanan bagi orang yang sakit untuk berbuka puasa karena udzur sakitnya dan memberikan keringanan bagi musafir untuk menjaga kesehatan dan kekuatannya, agar puasa dalam perjalanan tidak menghilangkan kekuatan dan kesehatannya karena adanya pertemuan dua kegiatan. Jadi dibolehkan berbuka puasa bagi musafir untuk menjaga kesehatan dan kekuatannya agar tidak lemah.
Imam Ibnu Qayyim memaparkan tentang sepuluh perkara yang apabila ditahan akan membahayakan:
- Darah yang bergejolak
- Mani yang keluar beruntun
- Air kencing
- Kotoran tinja
- Kentut
- Muntah
- Bersin
- Tidur
- Lapar
- Haus
Setiap sesuatu dari sepuluh hal ini bila ditahan maka menyebabkan suatu penyakit. Allah Subhaanahu wata’ala mengisyaratkan untuk mengeluarkan penyakit yang lebih kecil yaitu masalah uap yang tersimpan di kepala, agar terbuang sumber penyakit yang lebih berat yang ada dalam tubuh, sebagaimana metode al-Qur’an, “Berwaspadalah terhadap penyakit yang paling ringan agar sumber penyakit yang lebih berat akan terbuang.”
Tentang menjaga diri dari segala yang menyakitkan maka Allah Subhaanahu wata’ala berfirman,
وَإِن كُنتُم مَّرۡضَىٰٓ أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوۡ جَآءَ أَحَدٌ۬ مِّنكُم مِّنَ ٱلۡغَآٮِٕطِ أَوۡ لَـٰمَسۡتُمُ ٱلنِّسَآءَ فَلَمۡ تَجِدُواْ مَآءً۬ فَتَيَمَّمُواْ صَعِيدً۬ا طَيِّبً۬ا
“Dan jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci).” (An-Nisa: 43).
Allah Subhaanahu wata’ala membolehkan orang sakit beralih dari penggunaan air diganti dengan tanah atau debu untuk bersuci, sebagai antisipasi agar tidak sakit. Ini mengisyaratkan agar kita selalu mengantisipasi segala yang menyakitkan baik dari dalam diri sendiri ataupaun dari luar diri.
Terapi Penyakit Hati
Adapun tentang terapi hati, maka hal ini diserahkan penanganannya kepada para Rasul-rasul Allah ‘alaihimussalam, tidak ada jalan lain untuk mencapainya melainkan lewat mereka. Karena keshalihan hati itu sangat erat dengan pengetahuan tentang Allah Subhaanahu wata’ala Sang Penciptanya, mengenal nama-namaNya, sifat-sifatNya, perbuatan-perbuatanNya, hukum-hukumNya, dan lebih mengutamakan sesuatu yang diridhai Allah Subhaanahu wata’ala dan dicintaiNya daripada selainnya, dan menghindari larangan dan kemurkaanNya.
Obat-obat yang menyembuhkan penyakit-penyakit yang belum ditemukan oleh akal para dokter-dokter hebat, dan belum dicapai oleh ilmu dan percobaan serta analogi mereka. Obat-obat tersebut adalah kekuatan mental, kekokohan hati, bersandar, bertawakal, berlindung, berkeluh-kesah dan mengadu kepada Allah Subhaanahu wata’ala, tunduk kepadaNya, bersedekah, berdoa, bertaubat, beristighfar kepadaNya, berihsan kepada mahkluk, memberikan pertolongan kepada korban musibah, dan membantu mengeluarkan orang dari bencana. Obat-obat ini telah diuji dan digunakan oleh umat manusia terdahulu dengan berbagai macam perbedaan agama dan alirannya, dan mereka menemukan pengaruh dalam kesembuhan yang tidak pernah dicapai oleh ilmu dokter yang paling pintar sekali pun, baik percobaan atau analoginya.
Terapi ini berlaku atas hikmah Ilahi dan tidak keluar dari hikmahNya. Namun sebab-sebabnya sangat banyak dan bermacam-macam. Karena hati bila berhubungan dengan Allah Subhaanahu wata’ala Rabb sekalian alam, Pencipta penyakit dan obatnya Pengatur dan Pengelola tabi’at alam sesuai dengan kehendakNya, maka Dia memiliki obat yang lain selain obat bagi penyakit yang diderita oleh hati yang jauh dariNya dan berpaling dariNya.
Sumber : Buku OBAT HATI, Antara Terapi Ibnul Qayyim & Ilusi Kaum Sufi, Ibnu Qayyim al-Jauziyah
Tinggalkan Balasan