Kajian – Apa yang Terjadi Jika Jauh dari Sikap Istiqamah
Dosa itu membuat hati menderita penyakitnya dan menjauhkannya dari sikap istiqimah ke arah penyimpanan. Sehingga ia akan sakit terus menerus dan tidak bisa memanfaatkan makanan yang menjadi kehidupan dan keshalihannya. Sesungguhnya dosa atas hati, sama seperti pengaruh penyakit terhadap jasmani. Bahkan dosa itu sendiri merupakan penyakit hati, dan tidak obatnya melainkan dengan meninggalkan dosa tersebut.
Setiap sesuatu, selain Allah yang merupakan tempat dia bergantung dan mencintai, maka pasti mengiringnya kepada siksaan yang buruk. dan setiap orang yang mencintai sesuatu selain Allah maka dia akan disiksa tiga kali di dunia ini:
Pertama, dia disiksa sebelum mendapatkannya hingga dia mencapainya.
Kedua, dan bila dia mencapainya maka dia disiksa pada saat mencapainya dengan ketakutan akan hilangnya dan sirnanya serta banyaknya penentang yang menyulitkannya.
Ketiga, bila ada yang merampasnya, maka siksaannya terasa lebih pedih baginya.
Inilah tiga macam siksaan di dunia ini.
Sedangkan di alam barzakh, maka azabnya diikuti dengan pernderitaan perpisahan yang tidak mungkin lagi dia berharap kembalinya. Ditambah lagi dengan penderitaan karena hilangnya kenikmatan yang besar karena kesibukannya dengna yang lain. Dia merasakan sakitnya tertutup hijab dari Allah Subhaanahu wata’ala dan dia menderita sakitnya penyesalan yang tiada putusnya.
Jadi kegalauan, kesedihan, penyesalan dan kesengsaraan terus bermain dalam dirinya laksana virus yang merajalela dalam jasad-jasad mereka. Bahkan hal itu abadi mengganggu jiwa-jiwa mereka, hingga ruh-ruh mereka dikembalikan lagi kepada jasad-jasad mereka. Dan pada saat itu azab pun berubah menjadi semakin dahsyat dan semakin pahit.
Bandingkanlah dengan kenikmatan orang-orang yang hatinya melenggang dengan kesenangan dan kegembiraan bersama Rabb mereka, rindu kepadaNya dan berbahagia dengan cinta kepadaNya, serta tenang dalam berdzikir kepadaNya? Sehingga ada yang berkata ketika meninggalnya, ‘Alangkah bahagianya penghuni surga.’ Yang lain berkata, ‘Bila penduduk Surga seperti ini, maka sungguh mereka dalam kehidupan yang baik.’ Dan yang lain berkata, ‘Kaum miskin dari penduduk dunia keluar dari dunia tanpa pernah merasakan kenikmatan yang paling lezat di dalamnya.’ Dan yang lain berkata, ‘Seandainya para raja dan putera mahkota mengetahui tentang kebahagiaan kami, maka mereka pasti merampasnya dengan pedang-pedang mereka.’ Dan yang lain berkata, ‘Sesungguhnya di dunia ini terdapat surga, barangsiapa yang belum memasukinya, maka dia tidak akan masuk ke dalam surga di akhirat.’
Maka alangkah meruginya orang yang menukar bagiannya yang berharga dengan harga yang murah, dan dia merugi serugi-ruginya dalam akad ini, sedangkan dia menduga bahwa dia telah merugi. Bila kamu tidak mempunyai pengalaman dalam persoalan jual beli dan harga barang. Maka bertanyalah kepada orang-orang yang menentukan harga.
Dan alangkah bahagianya orang yang dagangannya dibeli oleh Allah Subhaanhu wata’ala, sedangkan harganya adalah Surga Adn. Dan alangkah bahagianya sang duta, Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wasallam yang mana tangannya menjalankan akad jual beli dan memberi jaminan bagi para pembelinya. Maka alangkah meruginya orang-orang yang menukarnya dengan harga yang murah.
Bila demikian perlakuan seseorang hamba terhadap dirinya
Lantas siapa yang memuliakan dirinya
Allah Subhaanahu wata’ala berfirman,
وَمَن يُہِنِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُ ۥ مِن مُّكۡرِمٍۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَفۡعَلُ مَا يَشَآءُ (١٨)
“Dan barangsiapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (Al-Hajj: 18)
[OBAT HATI, Antara Terapi Ibnul Qayyim & Ilusi Kaum Sufi, Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Hal 127]
Leave a Reply