Kajian Islam – Hati yang Selamat (Qalbin Saliim)
‘Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.’ (QS asy-Syu’ara[26]: 88-89)
Maha Suci Allah Azza wa Jalla, yang telah menganugerahkan berbagai kelebihan pada diri manusia, yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk Allah lainnya di jagat raya alam semesta ini. Allah Subhaanahu wata’ala tahu persis bahwa sebagai makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna, manusia akan mampu menjadi khalifah di bumi ini. Karenanya, Dia mengkaruniakan segumpal daging bernama hati (qalb), yang dengan itu manusia bisa menjadi terangkat derajat kemuliaannya di sisi Allah lebih tinggi daripada malaikat, tetapi bisa juga menjadi jatuh sejatuh-jatuhnya.
Orang-orang yang akan diangkat derajat kemuliannya (bahkan) melebihi malaikat, subhanallah, mereka adalah yang berhasil memelihara, merawat, dan memperindah hatinya sehingga menjadi sehat. Sungguh teramat beruntung siapa saja yang memiliki qalbunsahih ini. Sedangkan orang-orang yang akan tergelincir jatuh derajat kemuliannya ke dalam jurang kehinaan sedalam-dalamnya, merekalah orang yang membiarkan hatinya kotor membusuk tak terawat. Merekalah adalah orang-orang yang memiliki qalbun maridh, bahkan qalbun mayyit. Sungguh celaka siapa pun yang memiliki hati semacam ini. Na’udzubillaahi min dzaalik!
Barang siapa memiliki hati yang sehat, pada dasarnya ia memiliki hati yang selamat. Barangsiapa memiliki hati yang selamat, tidak bisa tidak ia akan diselamatkan oleh Allah Subhaanahu wata’ala baik di dunia maupun di akhirat kelak. Allah Suvhaanahu wata’ala akan menolongnya dari dahsyatnya hari kiamat justru pada saat tak ada satu pun yang mampu memberikan pertolongan.
يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ۬ وَلَا بَنُونَ (٨٨) إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٍ۬ سَلِيمٍ۬ (٨٩)
‘Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.’ (QS asy-Syu’ara [26]:88-89)
Qalbin saliim (hati yang selamat) adalah hati yang terbebas dari jeratan memperturutkan hawa nafsu untuk menyalahi perintah Allah. Pemiliknya akan terselamatkan dari segala bentuk keragu-raguan yang dapat meggelincirkannya dari kebenaran, sehingga akan selamat pula dari menghamba kepada selain-Nya (syirik). Ia pun akan terbebas dari perbuatan menjadikan hakim selain Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwasallam, sehingga, tidak bisa tidak, ia kan menjadi hamba Allah yang diridhainya-Nya.
Siapa pun yang Allah takdirkan memiliki hati yang selamat akan merasakan sekaan -akan telah meninggalkan dunia ini menuju alam akhirat. Di sana ia tinggal menetap. Adapun keberadaannya di dunia ini tak lebih sebagai seorang asing yang singgah sejenak atau seorang pengembara yang duduk berteduh di bawah pohon rindang. Menikmati keteduhan, semilir angin pelepas rasa penat, dan mengambil kebutuhan sekadarnya untuk kemudian kembali meneruskan perjalanan pulang ke kampung halaman. Demikianlah pempamaan kehidupannya di dunia ini.
Di antara ciri orang yang hatinya slemat adalah hidupnya diselimuti mahabbah (kecintaan) dan tawakal kepada Allah. Tidak usah heran manakala ia mencintai sesuatu, maka cintanya semata-mata hanya karena Allah, sehingga ia tidak akan pernah berlebihan dalam mencintai sesama makhluk. Demikian pula bila ia membenci sesuatu, maka iapun akan membencinya karena Allah semata, sehingga kebenciannya itu tidak akan membuatnya tergelincir ke dalam perbuatan dosa dan aniaya, sebaliknya bahkan menjadi ladang pahala.
Dalam hal beribadah, orang yang hatinya selamat sgenap cita-cita dan perhatiannya hanya tertuju kepada satu hal, yakni harus menjadi ladang ibadah dan amal saleh! Karenanya, umurnya dipelihara seefektif mungkin karena takut jangan-jangan waktu yang ia miliki hilang dengan sia-sia, sedangkan modal manusia adalah umur, dan waktu pastilah tidak akan pernah kembali.
Tatkala datang waktu shalat, ia segera bergegas meninggalkan segala urusan duniawi dan mengosongkan hati dan pikirannya dari segala kekhawatiran terhadap kemungkinan berkurangnya apa yang sedang dan akan dimilikinya. Toh ia yakin dengan janji Allah, bahwa
‘Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya, dan barang siapa yang bertawakal kepda Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.’ (QS ath-Thalaaq [65]: 6-7).
Dengan demikian, tatkala mengucapkan takbiratul ihram, hilanglah dari pikiran segala tetek bengek urusan duniawi, yang ia temui dalam shalatnya adalah kekhusyukan, kedamaian, dan nikmatnya ibadah serta mengingat Allah Azza wa Jalla. Sekali-kali hati dan pikirannya tidak akan pernah lalai dari dzikrullah (mengingat Allah). Ia akan merasakan sedih, gelisah, dan kecewa jika tak sempat atau tertinggal dalam melakukan suatu ibadah. Pendek kata, ia akan teramat rindu untuk senantiasa dapat berkhidmat dan mengabdi kepada Allah, sebagaimana rindu dan penuh harapnya seseorang yang tengah ditimpa kelaparan akan sesuap nasi dan seteguk air.
Demikian pun dalam hal berikhtiar mencari sebagian dari karunia Allah. Orang-orang yang memiliki hati bersih dan selamat akan sungguh-sungguh merasakan lezatnya bersimbah peluh berkuah keringat dalam ikhtiarnya. Ia yakin bahwa ikhtiar dzahir dan kerja keras adalah ladang amal saleh juga sebagaimana halnya ikhtiar batin berupa dzikrullah dan beribadah sesuai yang diperintahkan-Nya.
Otak diputar seratus persen dan tubuh digerakkan sertus persen, namun subhanallah, hatinya tidak pernah menderita sedikit pun karena telah yakin akan jaminan Allah. Sekali-kali tidak akan pernah tertukar apa yang telah ditetapkan Allah atas hamba-hambaNya. Kendatipun bergabung jin dan manusia ingin menghalangi rezki yang telah ditetapkan baginya, sama sekali tidak akan pernah terhalang tanpa izin-Nya. Walaupun bergabung jin dan manusia akan mencelakakannya, namun maa ashaaban min mushiibatin ilaa bi idznillaah! Tidak akan pernah menimpa suatu musibah itu, tanpa izin Allah.
Oleh karena itu, orang yang memiliki hati yang selamat hari-harinya akan dihiasi dengan ikhtiar yang penuh semangat, tetapi hatinya tidak akan pernah sengsara oleh ikhtiarnya. Semua itu karena ia yakin bahwa Allah tidak akan pernah lalai mengurus hamba-hamba-Nya. Tubuh seratus persen ikhtiar, hati seratus persen tawakal, akal pikiran seratus persen diasah agar senantiasa beramal sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Kesibukan dengan urusan duniawi tidak membuat hatinya resah. Keyakinannya kepada Allah tidak pernah menghambat ikhtiarnya.
Tidak ada tidak jujur, tidak ada licik, tidak ada jahat, tidak ada zalim! Karena, orang-orang yang mengenal Allah yakin bahwa cara apa pun yang dipakai, toh tetaplah Allah jua yang memberi rezeki. Jadi, untuk apa mencari rezeki dengan cara yang tidak benar? Padahal satu-satunya pemberi rezeki adalah Allah yang Maha Kaya, yang tidak akan pernah berkurang kekayaannya. Semua perilaku tidak benar dalam berikhtiar di muka bumi ini hanyalah milik orang-orang yang hatinya mati, qalbun mayyit!
Subhaanallah! Wahai, Dzat Maha Pembolak-balik hati, tetapkanlah hati kami dalam agama-Mu dan ketaatan atas segala perintah-MU…
[Bening Hati, K.H. Abdullah Gymnastiar & Basyar Isya]
Leave a Reply