Kajian – Keberadaan Malam Lailatul Qadar dan Cara Memperolehnya
Lailatul Qadar adalah malam yang amat mulia. Manusia tidak dapat membayangkan betapa mulianya. karena itu, ketika menjelaskan al-Qur’an mendahulukan Wa maa Adrakal/dan apakah menjadikan engkau siapa pun engkau mengetahui apakah Lailatul al-Qadar? yakni Engkau – siapa pun engkau – tidak mampu mengetahui dan menjangkau secara keseluruhan betapa hepat dan mulia malam itu.
Kata-kata yang digunakan manusia tidak dapat melukiskannya dan nalarnya pun sukar menjangkaunya. Namun demikian, ini bukan berarti bahwa malam mulia itu tidak dapat “ditemui” atau menemui seseorang selain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebab kalau demikian, mengapa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan umatnya untuk mempersiapkan diri menyambutnya dengan memperbanyak itikaf dan ibadah, khususnya pada malam-malam ganjil setelah dua puluh hari Ramadhan.
Memang, boleh jadi ada yang mengaku atau salah paham sehingga menduga telah mendapatkan malam mulia itu. banyak riwayat yang diperselisihkan ke-Shahih-annya menyangkut tanda-tanda kehadiran malam itu. Tanda yang paling jelas, adalah sikap dan prilaku keseharian yang bersangkutan.
Lailatul Qadar dilukiskan sebagai salam kedamaian sampai terbitnya fajar dan ini menjadikan hati seseorang yang mendapatkannya selalu damai dan tenteram sehingga mengantar pemiliknya dari ragu kepada yakin, dari kebodohan kepada ilmu, dari lalai kepada ingat, khianat kepada amanat, riya kepada ikhlas, lemah kepada teguh, dan sombong kepada tahu diri.
Pada malam Lailatul Qadar malaikat-malaikat turun. Dan ini menjadikan seseorang yang mendapatkannya selalu mengarah kepada kebaikan karena adanya bimbingan malaikat. Itulah alamat yang dapat dijadikan bukti pertemuan dengan Lailatul Qadar.
Cara memperoleh Lailatul al-Qadar adalah giat mendekatkan diri kepada Allah dengan aneka kebajikan. Kebajikan yang dimaksud bukan sekadar ibadah ritual atau membaca ayat-ayat al-Qur’an dan ber’itikaf, tetapi aneka kebajikan sosial, upaya menambah pengetahuan yang bermanfaat, serta menghiasi diri dengan akhlak mulia sambil membersihkan jiwa dari segala macam penyakit kejiwaan, seperti angkuh, iri hati, riya dan sebagainya.
Ibadah-ibadah yang dilakukan secara tulus dan ikhlas akan dapat berbekas dalam jiwa sehingga pada akhirnya ia mendapatkan kedamaian, ketenangan, lalu mengubah secara total sikap hidupnya.
Boleh jadi yang bersangkutan sebelum ini, masih sering melakukan pelanggaran kecil atau besar, tetapi sebagaimana kita ketahui, seringkali ada saat-saat tertentu di mana timbul kesadaran di dalam hati, kesadaran akan dosa dan kelemahan manusia di hadapan Allah, sehingga mengantar seseorang untuk mendekat kepada-Nya sambil menginsafi kesalahannya.
Kesadaran dan keinsafan itulah yang mengubah sikapnya 180 derajat. Kesadaran semacam itu, bila dirasakan seseorang, maka itulah bukti bahwa ia telah mendapatkan Lailatul al-Qadar itu.
Kesadaran ini, memang dapat muncul kapan saja, tetapi pada malam-malam Ramadhan-khususnya pada akhir bulan Ramadhan kesempatan untuk mendapatkannya sangat besar bagi mereka yang mengasah dan mengasuh jiwanya sejak awal Ramadhan, apalagi Allah sendiri telah menetapkan salah satu malam dalam bulan itu untuk tujuan tersebut.
Seperti anda ketahui pada malam Lailatul al-Qadar malaikan turun. Malaikat adalah makhluk Allah yang selalu berbuat kebajikan. Siapa yang ditemani malaikat, maka tentulah ia akan terus terdorong untuk melakukan kebajikan.
Sumber: Buku M. Quraish Shihab Menjawab hal 172-173
Leave a Reply