Kajian Islam – Keistimewaan Bulan Ramadhan
Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang keistimewaan dan adab-adab bulan Ramadhan. Pertama, bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran. Maksudnya, jika kita mengalami kesusahan dalam bulan tersebut, hadapilah dengan penuh kesabaran, bukan dengan berkeluh kesah, sebagaimana kebiasaan sebagian orang ketika bulan Ramadhan jatuh pada musim panas.
Demikian juga jika tertinggal sahur, kita sudah mengeluh semenjak selepas Shubuh. Jika kalian merasa letih saat Tarawih, tahanlah dengan senang hati. Jangan menganggapnya sebagai suatu musibah, karena hal itu akan menghilangkan pahalanya. Jika untuk mendapatkan keduniaan saja kita sanggup meninggalkan makan, minum, dan istirahat, mengapa kita tidak mampu menahan sedikit kesulitan untuk mencari ridha Allah Subhaanahu wata’ala?
Selanjutnya, Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa inilah bulan kasih sayang. Wujudnya, yaitu dengan membantu fakir miskin. Jika ada sepuluh jenis makanan yang kita sediakan untuk berbuka, sekurang-kurangnya tiga atau empat dari jenis makanan itu disisihkan untuk fakir miskin. Jika kita tidak dapat memberikan yang lebih baik dari yang kita makan, paling tidak kita berikan yang sama dengan yang kita makan. Berapa pun kemampuan kita, sisihkanlah sebagaian makanan berbuka dan bersahur kita untuk fakir miskin.
Dalam setiap urusan, para shahabat Radhiyallahu ‘anhum merupakan contoh nyata bagi kita. Keteladanan amal shalih mereka telah berbuka untuk kita ikuti. Terdapat ratusan, bahkan ribuan peristiwa yang menyangkut diri mereka yang dapat membuat kita kagum. Lihatlah salah satu contohnya, seperti yang diriwayatkan oleh Sayyidina Abu Jahm Radhiyallahu ‘anhu ketika berlangsung Perang Yarmuk. Ia berkata, “Aku pergi mencari saudara sepupuku dengan membawa kantung kulit berisi air untuk minum dan untuk membasuh muka dan tangannya jika ia masih hidup. Aku menjumpainya sedang terkapar. Aku bertanya apakah ia memerlukan air? Ia memberi isyarat mengiyakan. kebetulan ketika itu terdengar rintihan seseorang di dekatnya. Ia menunjuk ke arah tersebut dan menyuruhku agar memberikan minum kepadanya. Aku pun mendatangi orang itu. ketika aku hendak memberinya air, terdengar lagi suara rintihan di dekatnya. Orang itu pun mengisyaratkan tangannya kepada orang ketiga, agar aku memberikan minum kepadanya terlebih dahulu. Aku mendatangi orang ketiga, tetapi begitu aku sampai, nyawanya telah tiada. Aku kembali kepada orang kedua, ternyata ia pun telah meninggal dunia. Ketika aku kembali kepada sepupuku, ternyata ia juga telah meninggal dunia.” Demikianlah sifat itsar (mendahulukan orang lain) para pendahulu kita. Ketika hampir mati kehausan, mereka merelakan air minum untuk orang lain. Semoga Allah Subhaanahu wata’ala meridhai mereka dan memberi kita kemampuan agar dapat mengikuti langkah kehidupan mereka.
Dalam kitab Ruhul Bayan, Imam Suyuthi Rahmatullah ‘alaih dalam kitab Jami’ush Shaghir dan As-Sakhawy dalam kitab Al-Maqashid-nya, menyebutkan bahwa terdapat riwayat dari Sayyidina Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma bahwa Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Di antara umatku, senantiasa ada lima ratus orang pilihan dan empat puluh orang wali abdal. Jika salah seorang di antara mereka meninggal dunia, maka langsung akan ada penggantinya.” Para shahabat Rahdiyallahu ‘anhum bertanya, “Apakah amalan istimewa mereka?” Beliau bersabda, “Mereka memaafkan orang yang menzaliminya, berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepadanya, dan berbagi rezeki dengan sesama.” Hadis lain menyebutkan, “Barangsiapa memberi makan kepada orang yang lapar, memberi pakaian kepada orang yang telanjang, dan memberi tempat bermalam kepada musafir, Allah Subhaanahu wata’ala pasti akan melindunginya dari huru hara kiamat.”
Syeikh Yahya Barmaki Rahmatullah ‘alaih biasa memberikan seribu dirham kepada Syaikh Sufyan Tsauri Rahmatullah ‘alaih setiap bulan. Dalam sujudnya, Syaikh Sufyan Tsauri Rahmatullah ‘alaih berdoa untuk Yahya Barmaki Rahmatullah ‘alaih, “Ya Allah, Yahya telah mencukupi keperluan dunikau, maka melalui rahmat-Mu, cukupilah kebutuhan akhiratnya.” Setelah Yahya Rahmatullah ‘alaih meninggal dunia, orang-orang melihatnya dalam mimpi. Mereka bertanya kepadanya, “Bagaimana keadaanmu?” Yahya Rahmatullah ‘alaih menjwab, “Melalui doa Sufyan, Allah Subhaanahu wata’ala telah mengampuni odsa-dosaku.”
Selanjutnya, Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang keistimewaan memberi makan kepada orang yang berbuka puasa. Dalam suatu riwayat yang lain, Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa barangsiapa yang memberi makan kepada orang yang berbuka puasa di bulan Ramadhan dari usahanya yang halal, maka setiap malam, para malaikat akan mendoakan rahmat untuknya, dan pada malam Lailatul Qadar, Malaikat Jibril Alaihis salam (tanda-tandaya adalah) hatinya menjadi lembut dan air matanya akan mudah mengalir. Syaikh Hammad bin Salamah Rahmatullah ‘alaih, seorang muhaddits yang mahsyur, biasa memberi makan kepada lima puluh orang untuk berbuka puasa.” (dari kitab Ruhul Bayan)
[Kitab Fadhilah Amal, Fadhilah Ramadhan, Syaikhul Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rah.a]
Leave a Reply